Menyingkap Kegelapan Laut dalam QS. An-Nur: 40 dalam Perspektif Fisika

0
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ اارَّØ­ِيم



Al-Qur’an bukanlah buku sains. Namun berkali-kali, ia mengisyaratkan fenomena alam yang kemudian dikonfirmasi oleh ilmu pengetahuan modern. Salah satu ayat yang menarik untuk dikaji secara ilmiah adalah QS. An-Nur ayat 40, yang menggambarkan kondisi lautan dalam. Ayat ini berbicara mengenai kegelapan berlapis-lapis, ombak di atas ombak, dan awan yang menghalangi cahaya—sebuah deskripsi yang dalam sains fisika dan oseanografi baru dapat dibuktikan dalam era teknologi modern.


“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, di atasnya ombak, di atasnya lagi awan; gelap gulita yang tindih-menindih, apabila seseorang mengeluarkan tangannya, tiadalah ia dapat melihatnya. Barangsiapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah, maka tidak ada cahaya baginya.” (QS. An-Nur: 40)

Secara makna, ayat ini menjadi perumpamaan bagi orang yang kehilangan petunjuk, tetapi secara eksplisit, ia juga menggambarkan fenomena laut dalam yang menakjubkan.


Tafsir Ash-Shaghir 

{Atau seperti gelap gulita} atau perumpamaan amal perbuatan mereka dalam hal kerusakannya yaitu seperti kegelapan {di lautan yang dalam} dalam {yang diliputi} lautan yang dalam itu diliputi {oleh gelombang demi gelombang yang di atasnya ada awan gelap. Itulah kegelapan yang berlapis-lapis} kegelapan awan, kegelapan ombak, dan kegelapan laut {Apabila dia mengeluarkan tangannya, dia benar-benar tidak dapat melihatnya} dia benar-benar tidak bisa melihatnya karena sangat gelap {Siapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah, maka dia tidak ada baginya cahaya sedikit pun} (Referensi : https://tafsirweb.com/6168-surat-an-nur-ayat-40.html)



1. Kegelapan di Laut Dalam dan Fisika Cahaya

Dalam ilmu fisika, cahaya tampak hanya mampu menembus air laut hingga kedalaman tertentu: 

  • Di zona epipelagik (0–200 meter), cahaya masih cukup terang. 
  • Di bawahnya, pada zona mesopelagik (200–1000 meter), cahaya mulai redup dan hanya tersisa spektrum biru.
  • Di bawah 1000 meter (zona batipelagik dan abisal), tidak ada cahaya sama sekali. Kegelapan sempurna.


Hal ini terjadi karena air laut menyerap cahaya. Spektrum merah terserap lebih dahulu, sedangkan biru menembus paling dalam. Namun setelah kedalaman tertentu, semua panjang gelombang cahaya lenyap, dan mata manusia tidak dapat melihat apa pun — seperti yang digambarkan dalam ayat: “apabila seseorang mengeluarkan tangannya, tiadalah ia dapat melihatnya.”


2. “Ombak di atas ombak”: Internal Waves dalam Oseanografi

Ayat tersebut menyebut dua lapis ombak: ombak yang terlihat dan ombak yang tidak terlihat. Dalam fisika kelautan, dikenal konsep gelombang permukaan dan gelombang internal:

  • Gelombang permukaan terbentuk oleh hembusan angin, tampak oleh mata, dan menjadi bagian dari dinamika laut sehari-hari.
  • Internal waves terbentuk di bawah permukaan laut, di antara dua lapisan air dengan kerapatan berbeda karena perbedaan suhu atau salinitas. Gelombang ini tidak terlihat, namun bisa sangat besar dan berdampak besar pada arus bawah laut.

Keberadaan internal waves baru diketahui pada abad ke-20 melalui satelit, sonar, dan riset laut dalam. Fakta bahwa Al-Qur’an menyebut “ombak di atas ombak” jauh sebelum teknologi manusia mampu menyelaminya menunjukkan kedalaman isyarat ilmiah wahyu.


3. Reduksi Cahaya oleh Awan dan Atmosfer

Ayat juga menyebut “di atasnya lagi awan”. Dalam konteks fisika atmosfer, awan adalah elemen yang menghamburkan dan menyerap cahaya matahari. Ketika awan tebal menutupi langit, intensitas cahaya yang mencapai permukaan laut pun berkurang. Akibatnya, cahaya yang masuk ke laut semakin sedikit, dan kegelapan di bawah semakin pekat.

Secara ilmiah, proses ini dijelaskan melalui teori hamburan Rayleigh dan Mie, serta konsep koefisien atenuasi cahaya dalam atmosfer dan air laut.


4. Tekanan Fluida dan Tantangan Penetrasi Laut Dalam

Meski tidak disebut eksplisit dalam ayat, studi tentang lautan dalam tidak bisa dilepaskan dari tekanan fluida. Setiap 10 meter kedalaman air laut memberikan tambahan tekanan sebesar 1 atmosfer (atm). Maka pada kedalaman 1000 meter, tekanan mencapai 100 atm, dan di Palung Mariana (~11.000 meter) tekanan bisa mencapai lebih dari 1000 atm.

Tanpa teknologi seperti kapal selam khusus atau robot bawah laut (ROV), manusia tidak akan mampu menyelami kedalaman tersebut — satu lagi alasan mengapa kondisi lautan dalam tetap misterius bagi manusia biasa.



QS. An-Nur ayat 40 bukan hanya perumpamaan amalan orang kafir tetapi juga mengandung deskripsi ilmiah yang sangat akurat tentang kondisi fisika lautan dalam:

  • Kegelapan total karena penyerapan cahaya
  • Gelombang internal yang tak terlihat di bawah gelombang permukaan
  • Awan yang memperburuk kegelapan karena menghalangi sinar matahari
  • Dan tekanan tinggi yang menyulitkan eksplorasi.


Ayat ini seolah menunjukkan bahwa Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan tidak saling bertentangan, melainkan saling menguatkan. Wahyu memberikan inspirasi, dan ilmu memberikan penjelasan. Dalam keduanya, manusia diajak untuk merenungi tanda-tanda kebesaran Sang Pencipta, baik melalui hati maupun melalui eksperimen ilmiah.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.” (QS. Ali Imran: 190)


Wallohu'alam

 

 

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)