Pembelajaran POE dalam Fisika

0
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ اارَّØ­ِيم

POE adalah singkatan dari Prediction,  Observation and Explanation.  Pembelajaran dengan model POE menggunakan tiga langkah utama dari metode ilmiah  yaitu:
  1. Prediction atau membuat prediksi,  membuat dugaan terhadap suatu peristiwa fisika
  2. Observasi,  yaitu melakukan penelitian,  pengamatan apa yang twrjadi.  Pertanyaan pokok dalam Observasi adalah apakah prediksinya memang terjadi atau tidak
  3. Explanation yaitu memberikan penjelasan. Penjelasan terutama tentang kesesuaian antara dugaan dan yang sungguh terjadi. 


Langkah pertama adalah membuat prediksi atau dugaan. Setelah suatu persoalan fisika disajikan, maka siswa diminta untuk membuat dugaan apa yang akan terjadi. Dalam membuat dugaan, siswa sekaligus sudah memikirkan alasan mengapa ia membuat dugaan seperti itu. Dalam proses ini, siswa diberi kebebasan seluas-luasnya menyusun dugaan dengan alasannya. Sebaiknya tidak usah dibatasi sehingga banyak gagasan dan konsep . fisika muncul dari pikiran siswa. Dengan semakin banyak muncul dugaan dari siswa, guru dapat mengerti bagaimana konsep dan pengertian fisika siswa tentang persoalan yang diajukan. Di sini guru juga dapat mengerti miskonsepsi apa yang banyak terjadi pada diri siswa. Hal ini penting bagi guru bila nantinya mau membantu siswa agar mempunyai konsep yang benar. 
    Langkah kedua adalah melakukan observasi. Dugaan dengan alasan yang mendasari dugaan itu harus dipraktikkan, dilihat dalam kenyataan. Dengan kata lain, siswa diajak untuk melakukan percobaan, apakah prediksi mereka benar atau tidak. Dalam langkah ini siswa membuat eksperimen, mencoba sesuai dengan yang dipikirkan. Siswa mengamati apa yang teij adi, dapat juga melakukan pengukuran bila diperlukan. Yang sangat penting dari langkah ini adalah melihat apakah dugaannya benar atau tidak; dugaannya terjadi atau tidak. 

    Langkah ketiga adalah membuat penjelasan (explanation). Dapat tte adi bahwa dugaan siswa ternyata terjadi dalam eksperimennya. Bila ini yang terjadi maka siswa semakin yakin akan konsepnya. Ia tinggal merangkumkan yang ditemukan dan menguraikan dengan lebih lengkap. Di sini siswa mendapatkan pengertian fisika yang benar. Namun dapat terjadi bahwa dugaan siswa ternyata tidak terjadi dalam eksperimen. Dugaannya tidak tepat atau tidak benar. Bila ini yang terjadi, maka siswa dibantu untuk mencari penjelasan, mengapa prediksinya tidak benar? Barangkali siswa akan menemukan kesalahan dalam dugaannya. Bila ini terjadi maka siswa dapat dibantu untuk mengubah dugaannya, dan membenarkan dugaannya yang tadinya keliru. Bila ini terjadi, maka siswa mengalami perubahan konsep; dari konsep yang tidak benar menjadi yang benar. Di sinilah siswa betul belajar dari kesalahan. Biasanya belajar dari kesalahan ini tidak akan dilupakan siswa. 

    Bila dilihat dari prosesnya, pendekatan POE ini mirip juga dengan problem solving, model Galileo, atau juga model fisika aneh, yaitu membiarkan siswa aktif berpikir sebelumnya tentang suatu persoalan flsika, lalu dicobakan. Model ini dapat digabungkan dengan diskusi pada akhimya agar semua siswa aktif. Model ini jelas bersifat konstruktivis karena siswa diberi kebebasan memikirkan persoalan fisika yang diajukan dan siswa mencoba membangun pengetahuannya sendiri lewat berpikir, praktik, dan mencari penjelasannya. 

    Langkah Pembelajaran POE 

    • Guru mengajukan persoalan flsika. Siswa membuat prediksi tentang persoalan itu. 
    • Siswa membuat observasi dari persoalan lewat percobaan, pengamatan, dll 
    • Siswa menarik kesimpulan dari observasi, dan mencocokkan dengan prediksinya, apakah tepat atau tidak. 
    • Siswa memberikan keterangan mengapa demikian. 

    Contoh Pembelajaran dengan POE 

    • Guru membawa batu apung, gelas, dan air. Ia bertanya: Apakah yang akan terjadi bila batu ini dimasukkan dalam air? Atau Guru membawa gelas mineral berisi air penuh lalu dititup karton/kertas/plastik tipis.  Apa yang terjadi dengan air di dalam gelas,  jika gelas dibalik? 
    • Siswa memikirkan dugaannya dan alasannya. Siswa dapat mengungkapkan dugaannya, dan dapat dikumpulkan di papan. 
    • Guru meminta siswa maju dan memasukkan batu itu ke dalam gelas. Siswa semua mengamati apa yang terjadi. Ternyata batu tidak tenggelam atau air tidak tumpah.  Mengapa demikian? 
    • Diskusi bersama mengapa demikian? 

    Posting Komentar

    0Komentar
    Posting Komentar (0)