Banyumas, Jawa Tengah – Masjid Saka Tunggal yang terletak di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, merupakan salah satu situs bersejarah yang menjadi saksi perkembangan Islam di tanah Jawa. Masjid yang diperkirakan telah berdiri sejak tahun 1288 ini memiliki keunikan utama pada struktur tiangnya, yang hanya memiliki satu saka (pilar) utama, sehingga dinamai Masjid Saka Tunggal.
Arsitektur masjid ini didominasi oleh kayu jati dengan gaya bangunan khas Jawa, mencerminkan keindahan dan kearifan lokal dalam desainnya. Masjid ini konon didirikan oleh seorang ulama bernama Mbah Mustolih yang menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut. Hingga kini, masjid ini masih digunakan sebagai tempat ibadah dan pusat kegiatan keagamaan masyarakat sekitar.
Masjid Saka Tunggal juga memiliki hubungan erat dengan tradisi Islam Kejawen yang masih dijaga oleh masyarakat setempat. Setiap tahun, diadakan berbagai acara keagamaan dan budaya yang menarik perhatian wisatawan, baik lokal maupun luar daerah. Pengunjung yang datang tidak hanya untuk beribadah tetapi juga untuk menelusuri jejak sejarah Islam yang masih terpelihara dengan baik.
Selain nilai historisnya, lingkungan di sekitar Masjid Saka Tunggal masih asri dan dikelilingi oleh pepohonan hijau yang memberikan suasana sejuk dan tenang bagi para pengunjung. Di dekat masjid ini juga terdapat Taman Kera, di mana kera-kera ekor panjang bebas berkeliaran dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung. Selain keunikan karena masjid bertiang satu sebagai penopang, tempat ibadah itu juga kerap dikerumuni kawanan kera. Namun tenang saja, karena hewan primata berekor panjang tersebut tidak akan menggigit. Paling hanya akan berlari mengejar makanan, yang mereka ketahui sedang dibawa warga di dekat masjid.
Salah satu tradisi, pemerintah daerah mengadakan Festival Rewandha Bojana, yaitu membuat gunungan berupa sayuran dan buah-buahan untuk kera. (baca: Taman Kera Cikakak )
Banyaknya kawanan kera itu sudah ada sejak lama. Tadinya jumlah kera yang berada di sekitar masjid hanya sedikit.
“Sekarang sudah ratusan ekor. Tahun 1977 belum mengerti pisang, kacang, tahunya daun. Nah itu ada pengunjung, makan kacang. Apa yang saya makan, monyet dikasih. Jadi mengerti, sekarang apa saja dimakan,” kata salah satu juru kunci.
“Kalau pintu masjid lepas (buka) tahunya rumah, masuk cari makanan. Jadi jangan sampai pintu lepas, apa saja diambil,” pungkasnya. Keunikan ini menjadikan masjid sebagai destinasi wisata religi yang diminati oleh banyak orang.
Pemerintah daerah dan masyarakat setempat terus berupaya menjaga kelestarian masjid ini sebagai bagian dari warisan budaya dan religi. Harapannya, semakin banyak generasi muda yang mengenal dan menghargai sejarah Islam di Banyumas.
Bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Masjid Saka Tunggal, Desa Cikakak dapat diakses dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum dari pusat Kabupaten Banyumas. Dengan nilai sejarah yang tinggi dan lingkungan yang menenangkan, masjid ini menjadi destinasi yang menarik untuk wisata religi dan edukasi.
sumber: jatengprov.go.id |