Dalam pembelajaran Fisika, siswa diajak memahami gejala alam secara sistematis dan berbasis fakta. Namun lebih dari itu, pembelajaran Fisika di madrasah juga menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai religius, tanggung jawab, dan kejujuran ilmiah. Ketika siswa mengamati hukum-hukum alam seperti hukum gerak Newton atau hukum kekekalan energi, mereka tidak hanya diminta berpikir logis, tetapi juga diajak merenungkan keagungan ciptaan Allah SWT.
Di madrasah, pembelajaran Fisika dikembangkan tidak semata-mata sebagai ilmu eksak, tetapi juga sebagai sarana tafakkur terhadap ciptaan Allah SWT. Konsep-konsep Fisika seperti gerak, gaya, energi, dan gelombang dikaitkan dengan ayat-ayat kauniyah dalam Al-Qur’an, yaitu ayat-ayat yang menjelaskan fenomena alam semesta sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya.
Sebagai contoh, saat membahas hukum Newton tentang gerak, siswa tidak hanya memahami konsep gaya dan percepatan, tetapi juga diajak merenungkan ayat:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.”(QS. Ali Imran: 190)
Ayat ini mendorong siswa untuk berpikir kritis dan mengamati hukum keteraturan alam yang menjadi dasar ilmu Fisika.
Ketika membahas energi dan perubahan bentuknya, siswa juga diajak untuk memahami bahwa energi tidak pernah hilang, hanya berubah bentuk. Konsep ini sejalan dengan firman Allah:
“Dan Kami ciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qamar: 49)
Ayat ini menjadi pengingat bahwa segala fenomena alam terjadi berdasarkan ketetapan dan hukum yang pasti, yang bisa dikaji dan dipelajari melalui ilmu sains.
Pembelajaran Fisika yang terintegrasi dengan nilai-nilai Al-Qur’an seperti ini menjadikan proses belajar lebih bermakna. Siswa tidak hanya sekadar menghitung rumus atau menyusun grafik, tetapi juga diajak untuk mentadabburi ayat-ayat Allah dalam bentuk ciptaan-Nya. Hal ini memperkuat spiritualitas, menumbuhkan rasa syukur, dan menanamkan nilai-nilai tawadhu’ sebagai seorang pencari ilmu.
Di madrasah, guru Fisika berperan sebagai fasilitator ilmu sekaligus pembimbing akhlak. Melalui kegiatan praktikum, diskusi, dan proyek kolaboratif, siswa dilatih untuk jujur, disiplin, dan bertanggung jawab—nilai-nilai yang menjadi ruh pendidikan Islam.
Sebagai contoh lain, pada praktikum mengenai gaya dan gerak, siswa tidak hanya mencatat hasil pengukuran dan grafik, tetapi juga diajak berdiskusi tentang pentingnya kerja sama dalam tim, kejujuran dalam mencatat data, serta ketekunan dalam menyelesaikan eksperimen. Ini selaras dengan tujuan pendidikan madrasah: mencetak generasi cerdas yang berkarakter dan berakhlakul karimah.
Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2025 ini mengingatkan kita untuk terus mengembangkan pembelajaran yang menyeluruh: mengasah akal, hati, dan keterampilan. Pendidikan Fisika di madrasah bukan hanya bertujuan mencetak ilmuwan, tetapi membentuk insan ulul albab—mereka yang menggabungkan intelektualitas dan spiritualitas dalam setiap langkah hidupnya.
Mari terus kita tingkatkan mutu pembelajaran Fisika di madrasah dengan semangat integrasi ilmu dan iman, agar lahir generasi penerus yang siap menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan jati diri sebagai hamba Allah.
Selamat Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2025. Madrasah Hebat, Bermartabat, Mandiri Berprestasi!