FASE DAN AWAL BULAN

0
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ اارَّØ­ِيم


Fase dan Awal Bulan
Oleh Agus Purwanto, D.Sc (Dosen Fisika ITS)

















Tahapan berikut merupakan tahapan dalam memahami awal bulan qamariyah.
  1. Bulan bergerak mengelilingi Bumi
  2. Bulan sebagaimana Bumi tidak memancarkan cahaya sendiri seperti halnya Matahari
  3. Bulan sebagaimana Bumi hanya memantulkan cahaya yg diterimanya dari Matahari
  4. Setengah permukaan Bulan setiap saat selalu mendapat cahaya Matahari.
  5. Dari (titik pusat) Bumi ke (titik pusat) Matahari ditarik garis lurus (garis bujur astronomis, GBA).
  6. Poin 1 dan 5 menghasilkan posisi relatif Bulan (manazil QS 36: 39) thd GBA.
  7. Posisi relatif poin 6 tdk bisa diamati dari Bumi
  8. Poin 2, 3 dan 6 menghasilkan penampakan bulan yg dikenal dg istilah fase Bulan.
  9. Luas Fase Bulan dibanding keseluruhan permukaan Bulan yg menerima cahaya Matahari disebut rasio, bernilai nol sampai satu
  10. Ketika rasio nol, inilah konjungsi, ijtimak dan new moon. Posisinya Bumi-Bulan-Matahari pada satu garis bujur astronomis
  11. Rasio NOL berarti tidak ada bagian Bulan yg terkena sinar Matahari menghadap Bumi.
  12. Rasio SATU ketika posisi ketiga obyek langit membentuk formasi Bulan-Bumi-Matahari pada satu garis bujur astronomis. Bumi di antara Bulan dan Matahari.
  13. Rasio satu berarti semua permukaan Bulan yg terkena sinar Matahari menghadap Bumi, maka Bulan pun tampak bundar penuh dan disebut fase fullmoon atau Bulan purnama
  14. Poin 1, 11 dan 12 menyatakan:
  • Bulan mengelilingi Bumi, bermula dari posisi Bulan di antara Bumi dan Matahari yakni dg rasio Nol 
  • kmd Bulan bergerak meninggalkan garis bujur astronomis, rasio tidak nol dan membesar. 
  • iBulan mengitari Bumi, rasio maksimum satu ketika tiga obyek berada di garis bujur astronomis kembali dg urutan Bulan-Bumi-Matahari
  • Bulan terus bergerak meninggalkan garis bujur astronomis dan rasio mengecil kurang dari satu, terus bergerak dan rasio terus mengecil
  • Bulan kembali mendekati garis bujur dan rasio kembali mendekati Nol 
15. Ada hal menarik dari fakta alam dan nash kitab suci.
  • sebelum dan setelah rasio Nol, adalah rasio kecil yakni Bulan tipis dan jika sdkt lbh besar jadilah yg kita lihat dan kita kenal sbg Bulat sabit
  • Artinya, ada 2 Bulan sabit yakni sebelum ijtimak/konjungsi dan setelah konjungsi.
  • Bulan sabit stlh konjungsi itulah yg kita kenal sebagai saat awal bulan/awal siklus, dan terlihat di langit barat ktk Maghrib.
  • Bulan sabit sblm konjungsi adlh penanda waktu akhir bulan, akhir siklus. Tampak di langit timur jelang/saat shubuh.
  • Menariknya, ada dua Bulan sabit dan ayat Al-Quran yg menyebutnya juga dua ayat, Bulan sabit awal bulan QS 2:189 sdgkan Bulan sabit akhir bulan QS 36:39. 

16. Karena membentuk siklus maka seharusnya konjungsi inilah titik awal bulan krn sekaligus titik akhir bulan.Di sinilah letak perbedaan.

17. Di ujung lain posisi konjungsi, yakni setelah Bulan bergerak 180 derajat dari konjungsi terdapat rasio SATU, Bulan purnama. Hanya satu Bulan purnama, ayatnya juga hanya satu, QS 84:18.

18. Astronom menyebut titik dan posisi konjungsi poin 16 sbg new moon,

19. Muslim secara umum tidak menjadikan konjungsi sbg new month, melainkan hanya sbg salah satu kriteria bagi new month

20. Merujuk bbrp hadits kriteria tambahan diberikan sbg tanda bulan baru (new month) telah masuk. Secara umum syarat tambahan tsb

  • Konjungsi harus terjadi sblm maghrib pada hari ke-29
  • Posisi hilal ketika Maghrib: 2 derajat bagi Imkanu rukyat (ditambah syarat elongasi dan usia Bulan 8 jam saat maghrib (acuan umur adlh waktu konjungsi), 0 derajat bagi wujudul hilal.


21. selesai

Tambahan

Astronom sdh punya pandangan tersendiri, konjungsi itulah tanda atau batas bulan baru.
Masalahnya ada pada penerimaan konsep hilal.
Yg berparadigma rukyat, minta hilalnya tampak, kmd dikembangkan kriteria imkanu rukyat.
Kelemahan imkanu rukyat adlh Visibilitas itu sendiri. Artinya visibilitas tetap bukan jaminan hilal bisa terlihat. Andai ditetapkan visibilitas 4 derajat, dan hitungan ketinggian hilal suatu waktu adalah 4 atau 5, tidak berarti hilal saat itu pasti dapat dilihat.
Selain itu, istikmal akibat Imkanu rukyat bisa menyebabkan bulan baru mengalami penundaan lbh dari 24 jam dari saat konjungsi.
Misal, hari ini tgl 29 Hijriyah, konjungsi terjadi jam 16.00 dan Maghrib 17.30 maka meski sdh new moon tetapi saat maghrib hilal akan kurang dari kriteria Imkanu rukyat atau bahkan negatip. Shg besok adlh tgl 30 Qamariyah dan tgl satunya lusa ...
Berarti ada penundaan 25,5 jam dari konjungsi ke tanggal baru.

Semoga faham

Salam
Sby 12/7/17

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)